Terdapat keterkaitan yang jelas antara kemampuan berbahasa
dengan kemampuan berpikir. Manusia untuk dapat melakukan kegiatan berpikir
dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa. Bahasa merupakan alat
komunikasi verbal untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.
Dengan menguasai bahasa maka seseorang akan mengetahui pengetahuan.
Bahasa memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan
anak menjadi manusia dewasa. Dengan bantuan bahasa, anak tumbuh dari suatu
organisme biologis menjadi suatu pribadi di dalam kelompok, yaitu suatu pribadi
yang berpikir, merasa berbuat, serta memandang dunia dan kehidupan sesuai
dengan lingkungan sosialnya.
Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan
berbahasanya. Manusia dapat berpikir dengan baik karena dia mempunyai bahasa.
Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak,
seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Dengan kata lain, tanpa
mempunyai kemampuan berbahasa ini maka maka kegiatan berpikir secara sistematis
dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan.
Bahasa mengkomunikasikan tiga hal, yakni buah pikiran,
perasan dan sikap. Dalam proses menuangkan pikiran, manusia berusaha mengatur
segala fakta dan hasil pemikiran dengan cara sedemikian rupa sehingga cara
kerja alami otak dilibatkan dari awal, dengan harapan bahwa akan lebih mudah
mengingat dan menarik kembali informasi dikemudian hari.
Sebenarnya, anak-anak dapat menuangkan pikiran dengan
caranya masing-masing. Proses menuangkan pikiran menjadi tidak beraturan atau
malah tersendat ketika anak-anak terjebak dalam model menuangkan pikiran yang
kurang efektif sehingga kreativitas tidak muncul. Model dikte dan mencatat
semua yang didiktekan pendidik, mendengar ceramah dan mengingat isinya,
menghapal kata-kata penting dan artinya terjadi dalam proses belajar mengajar
di sekolah atau dimana saja menjadi kurang efektif ketika tidak didukung oleh
kreativitas pendidik atau anak-anak itu sendiri.
Contoh kasus proses berfikir dan berbahasa:
Seorang anak berusia 4
tahun mulai lancar berbicara walaupun secara akal (pemikiran) belum mencapai
usia dewasa. Pada sisi lain, sedikit banyak aspek kognitif nurani mempengaruhi
pemerolehan bahasa. Anak yang dibesarkan (diajarkan) dalam lingkungan yang
menggunakan bahasa yang halus, misal dipedesaan, maka ia akan tumbuh dengan
bahasa yang halus juga. Berbeda halnya dengan seorang anak yang hidup dengan
suasana keterbahasaan yang kasar, maka ia akan tumbuh menjadi anak yang
berbahasa kasar. Pada intinya, setiap manusia mempunyai pola pikir yang
berbeda-beda. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu, lingkungan
keluarga, tinggi rendahnya suatu pendidikan, dan juga faktor lingkungan
disekitar tempat tinggal.
sumber :
http://silvrz.blogspot.com/2011/11/berfikir-dan-berbahasa.html
http://riksabahasa.blogspot.com/2012/02/hubungan-antara-kemampuan-berpikir_6109.html
http://11018rika.blogspot.com/2012/04/teori-kognisi-dan-bahasa.html