Ikhlas
bukan berarti ikhlas
Merasa
kehilangan memang bukan hal mudah untuk semua orang. Kehilangan membekaskan
luka yang amat perih. Ketika seseorang merasa kehilangan, disaat itu juga orang
terserbut akan menyalahkan diri mereka sendiri. Ketika kehilangan sesuatu yang
yang berharga rasa sakit akan terus menghantui kita setiap hari. Ada beberapa
diantara kita yang sangat terpukul karena kehilangan sampai mereka kehilangan
kendali diri sendiri, tidak bisa mengontrol emosi dan terkadang ada yang sampai
mencelakai diri sendiri.
Rasa
sakit tidak bisa dihentikan ketika orang tersebut mengatakan ‘aku ikhlas’. Ikhlas
bukan berarti rasa sakit akan hilang, ikhlas hanya sebuah kata yang terucap
ketika rasa sesak didada semakin menggebu. Ikhlas yang diucapkan hanya untuk
menenangkan hati yang sedang risau dan menenagkan hati yang sedang panas ketika
ingat apa yang baru saja meninggalkan kita. Ikhlas bisa diucapkan kapan saja,
tapi rasa sakit dan perih tidak bisa dihilangkan hanya dengan ucapan.
Ketika
kata ikhlas tidak bisa diucapkan lagi, kita sebagai manusia hanya bisa meratapi
semua yang sudah terjadi. Manusia tidak bisa menyalahkan takdir yang sudah
ditentukan orang Sang Pencipta. Takdir yang sudah ditetapkan tidak dapat
diubah, kita hanya bisa ikhlas, sabar, dan menerima apa yang sudah ditetapkan. Kita
sebagai manusia harus terus berdoa dan berusaha agar apa yang ditakdirkan akan
berjalan dengan baik dan lancar.
Kehilangan
bukan terjadi pada beberapa orang saja, akan tetapi semua orang didunia psati
pernah merasa kehilangan dan merasa sakitnya akan kehilangan sesuatu. Kehilanga
harusnya membuat kita sadar betapa kita harus menghargai dan mencintai apa yang
kita miliki sebelum kita kehilangan semuanya. Walaupun kita akan mendapatkan
ganti atas kehilangan tersebut, kenyataannya semunya tidak akan sama dengan apa
yang kita miliki sebelumnya. Sebelum kita kehilangan, jaga, hargai dan cintai
dengan tulus apa yang kita miliki sekarang.