Kamis, 24 Maret 2016

ANALISIS DRAMA IT'S OKAY THAT'S LOVE



Sinopsis drama It’s Okay Thats Love
Drama ini bercerita tentang Jang Jae-yeol seorang penulis dan DJ berusia 30 tahuanan. Ia sukses besar sebagai seorang penulis, berkat penggambaran erotis dan adegan brutal yang begitu nyata dalam buku-bukunya. Dia juga aktif menjadi DJ dalam acara talk show utama, meneguhkan posisinya di stasiun TV melalui penampilannya yang tampan dan romantis. Namun dibalik nama besar tersebut ternyata Jang Jae-Yeol adalah seorang yang sedikit sombong.
Suatu hari Jae-yeol bertemu dengan salah satu fansnya yang bernama Kang Woo. Kang Woo memohon agar Jae-Yeol membaca sampai habis novel yang di karangnya meski jae yeol tidak menyukai novel tersebut. Jae yeol menyadari bahwa isi nonel tersebut sama dengan kisah masa lalunya. Setelah kejadian tersebut mereka teman dekat.
Ji Jae Soo adalah seorang psikiater berusia 30 tahunan yang baru menjalani tahun pertamanya di rumah sakit universitas. Dia seorang yang sangat ambisius dan bersemangat namun terkadang dia cepat marah dan tidak memiliki cinta kasih terhadap pasiennya. Meski banyak orang mengakui ia melakukan pekerjaanya dengan sangat baik, ia sendiri meragukan apakah ia benar-benar cocok dengan pekerjaan ini.  Meski dia mengalami kesulitan menempatkan dirinya dalam posisi menangani pasiennya, karena Hae Soo telah lama memiliki sikap negatif terhadap kasih sayang dan hubungan dalam kehidupan pribadainya namun seniornya,  Jo Dong Min selalu mengatakan bahwa Hae Soo  akan menjadi psikiater terbaik.
Pada acara talk show jang jae yeol bertemu dengan seorang psikiater bernama Ji Hae soo. Hae soo menghadiri acara tersebut karena menggantikan seniornya yang bernama Jo Dong Min. Setelah itu, semakin lama Jang Jae-Yeol dan Ji Hae Soo semakin dekat, terlebih lagi mereka satu tempat tinggal. Namun setelah mereka bertemu dalam satu tempat tinggal ternyata banyak pertentangan di antara mereka yang di karenakan oleh sifat kepribadian yang kuat dan penolakan untuk menyerah pada satu sama lain.
            Dalam tempat tinggal tersebut bukan hanya Jae-Yeol dan Hae Soo yang tinggal di tempat tinggal tersebut, melaikan tingal bersama dengan senior yang bernama Jo Dong min dan seorang penderita penyakit Tourtte Syndrome bernama Park Soo Kwang. Dan Jang Jae Yeol adalah penghuni baru di tempat tinggal tersebut.
Seiiring berjalannya waktu dengan perlahan pertengkaran mereka berubah menjadi cinta. Jae-Yeol dan Hee Soo mulai belajar bagaimana saling membutuhkan dan membuat mereka semakin cocok. Jae-Yeol dan Hee Soo saling berupaya untuk menumbuhkan luka mendalam satu sama lain namun hubungan mereka dikejutkan dengan masalah kesehatan mental Jae-Yeol yang ternyata lebih serius daripada dugaan mereka.
            Jang Jae-Yeol mempunyai seorang fans lelaki bernama Kang Woo. Diceritakan Kang Woo adalah seorang pelajar kelas  2 SMA yang mempunya cita-cita menjadi seorang penulis. Jae-Yeol bersimpati pada Kang Woo karena memiliki latar belakang keluarga yang sama. Selama 3 tahun Jae-Yeol dan Kang Woo berkomunikasi, ternyata hanya Jae-Yeol yang bisa bertemu dengan Kang Woo. Keluarga teman-teman tidak pernah ada yang bertemu dengan Kang Woo.Mereka hanya mendengar Jang Jae-Yeol membahas soal Kang Woo, termasuk Hae Soo.
            Kemudian ada satu kejadian yang membuat orang-orang disekitar Jae-Yeol sadar jika Kang Woo hanya halusinasi Jae-Yeol. Setelah melakuakan pemiriksaan lebih lanjut Jang Jae-Yeol divonis menderita skizofrenia dan membutuhkan perawatan ahli  secepatnya. Karena skizofrenia muncul karena rasa bersalah Jae-Yeol terhadap kakak laki-lakinya yaitu Jang Jae-Bum yang terpaksa dipenjara selama 14 tahun karena tuduhan membunuh ayah tiri mereka, padahal Jae-Yeol mengetahui bahwa Jae Bum sama sekali tidak bersalah, tapi situasi terpaksa membuat Jae-yeol berbohong.
            Karena rasa bersalahnya itu, penderita semakin merasa jahat saat dirinya bahagia maka dari itu semakin Jae-Yeol dekat dengan Hae Soo, Kang Woo akan semakin sering muncul sebagai halusinasinya. Namun, berkat dukungan keluarga, teman-teman, dan orang di sekitarnya seperti psikiater, psikolog dan juga dorongan ingin sembuh dari dirinya sendiri, akhirnya ia bisa melewati fase sulit untuk sembuh.
Dalam film ini, Jang Jae-Yeol menderita skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan yang ditandai dengan kekacauan kepribadian, distorsi terhadap realitas, perasaan di kendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham atau delusi dan gangguan persepsi. Umunnya gangguan ini, muncul pada usia yang sangat muda, dan memuncak pada usia antara 25-35thn.
Sama seperti yang dialami jang jae yeol saat menderita penyakit ini gejala muncul pada umur 27thn gamgguan ini muncul secara tiba-tiba. “ saat kakaknya jang jae bum kerluar dari penjara datang menemui jang jae yeol, namun secara tiba-tiba Jang Jae-Bum melainkan menusuk Jae Yeol dengan garpu. Dan saat itu lah Jang Jae Yeol mulai melihat sosok Kang Woo.
Ciri-ciri skizofrenia
1. kekacauan pikiran dan perhatian : pada kebanyakan orang normal pemusatan perhatian dapat dilakukan secara efektif dapat menyeleksi informasi yang masuk. Sementara pada kasus jang jae yeol kemampuan ini menghilang ia tidak bisa membedakan informasi secara efektif.
2. kekacauan persepsi :  pada penderita skizofrenia seringkali mengalami bahwa dunia tampak berbeda baginya. Beberapa pendapat terkadang tidak dapat mengenali dirinya sendiri atau tidak bisa melihat bayangannya.
3. kekacauan afektif : penderita skizofrenia umumnya tidak dapat memberikan respon emosional yang norma dan wajar. Mereka seringkali pasif dan tidak responsif terhadap situasi-situasi yang seharusnya membuat mereka sedih atau gembira. Kadang-kadang mereka mengungkapkan perasaan yang tidak sesuai dengan situasi atau pikiran yang diungkapkan. Sama seperti Jang Jae-Yeol iya tidak bisa mengungkapkan kesedihan atas penderitaan kakaknya yang dipenjara karena tuduhan yang salah. Karena Jang Jae-Yeol yang tidak bisa mejebloskan ibunya kepenjara, akhirnya tuduhan itu di jatuhkan pada kakakanya, padahal pada kasus ini adalah kesalahan ibunya.karena rasa bersalahnya itu muncul lah sosok Kang Woo untuk menebus rasa bersalah pada kakaknya.
4. penarikan diri dari realita : pendirita skizorfenia cenderung menarik diri dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung asik dengan dunianya sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Dalam kasus jang Jae Yoel, dia mengalami penarikan diri dari realita meskipun dia memiliki khayalan tentang Kang Woo tetapi ia masih bisa bergaul dengan teman-temannya.
5. delusi dan halusinasi : pada penderita skizifrenia, berkeyakinan bahwa kekuatan eksternal mencoba mengendalikan pikiran dan tindakannya. Delusi tersebut juga meliputi keyakinan bahwa pikirannya dapat di pancarkan pada dunia sekelilingnya sehingga merasa pikiran-pikirannya dapat diketahui oleh sekelilingnya. Dalam kasus Jang Jae-Yeol, dia selalu menganggap orang lain melihat Kang Woo padahal Kang Woo tidak lah nyata, karena Kang Woo hanyalah delusi Jang Jae-Yeol.
Halusinasi: persepsi atau tanggapan yang keliru atau palsu, dimana penderita menghayati gejala-gejala yang di khayalkan sebagai hal yang nyata. Dalam kasus Jang Jae-Yeol, meski pun sudah ada penolakan dari banyak pihak jika kang woo hanyalah khayalan dari Jang Jae-Yeol, namun Jang Jae-Yeol masih tetap yakin bahwa Kang Woo adalah sosok yang nyata.

Kamis, 10 Maret 2016

KONSEP SEHAT



Istilah Kesehatan Mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memilki persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti Psikis atau Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial).
Mental yaitu berhubungan dengan pikiran, akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan pikiran, akal dan ingatan. Seperti mudah lupa, malas berfikir, tidak mampu berkonsentrasi, picik, serakah, sok, tidak dapat mengambil suatu keputusan yang baik dan benar, bahkan tidak mempunyai kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang salah, yang hak dan yang batil, antara halal dan haram, yang bermanfaat dan yang mudharat.
Kondisi mental tersebut bisa digolongkan dalam dua bentuk yaitu kondisi mental yang sehat dan kondisi mental yang tidak sehat. Kondisi mental yang sehat akan melahirkan pribadi-pribadi yang normal. Pribadi yang normal ialah bentuk tingkah laku individu yang tidak menyimpang dari tingkah laku pada umumnya dimana seorang individu itu tinggal, dan pribadi yang normal akan menunjukkan tingkah laku yang serasi dan tepat (adekuat) dan bisa diterima oleh masyarakat secara umum, dimana sikap hidupnya sesuai dengan norma dan pola hidup lingkungannya. Secara sederhana individu tersebut mampu beradaptasi secara wajar.

Menurut UU pokok kesehatan, pengertian sehat adalah keadaan yang meliputi sehat badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, seta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat kita bahas tentang beberapa dimensi sehat seperti berikut ini, antaranya :

Ø  Dimensi Emosi
 yaitu dimensi yang meihat dari bagaimana reaksi emosinya seperti menangis, sedih, bahagia, depresi, optimis. Kesehatan Emosional/Afektif dilihat dari kemampuan mengenal emosi dan mengekspresikan emosi tersebut secara tepat.

Ø  Dimensi Intelektual
yaitu dimensi yang melihat bagaimana seseorang berfikir dilihat dari wawasannya, pemahamannya, alasannya, logika dan pertimbangnnya. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran

Ø  Dimensi Sosial
yaitu dimensi yang melihat dari tingkah laku manusia dalam kelompok sosial, keluarga dan sesama lainnya serta penerimaan norma sosial dan pengendalian tingkah laku. Kesehatan Sosial dapat dilihat dari kemampuan untuk membuat dan mempertahankan hubungan dengan orang lain, perilaku kehidupan dalam masyarakat. Kesehatan sosial dapat dilihat juga dari kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupan pribadi dan keluarganya sehingga memungkinkan bekerja, beristirahat dan menikmati hiburan pada waktunya (UU No 9: pasal 3). Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial,ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.

Ø  Dimensi Fisik
 merupakan dimensi yang dapat ditelaah secara langsung atau memiliki dimensi yang paling nyata. Kesehatan fisik dapat dilihat dari kemampuan mekanistik dari tubuh. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan. Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.

Ø  Dimensi Spiritual
dilihat dari kepercayaan dan praktek keagamaan. Kesehatan spiritual dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam mencapai kedamaian hati.
Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa misalnya dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.