Rabu, 27 April 2016

KESEHATAN MENTAL



Nama Anggota          :          
DEBBY SANDRA                                                (12514599)
DESTIJANI DWI PUTRIANDINI                     (12514784)
FARAH MALANDA                                           (13514936)
FEBRIANA RAMADHANTI                            (14514115)
SALSABILA PAHALA FIJANNATI               (19514959)

Kelas                           :                                          2PA08


ANALISIS JURNAL
“HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA LAPANGAN BAGIAN PRODUKSI
PT. J RESOURCES BOLAANG MONGONDOW”

Salah satu hambatan yang berhubungan dengan produktivitas karyawan di suatu perusahaan atau organisasi adalah kelelahan kerja. Kelelahan kerja dapat menimbulkan beberapa keadaan yaitu prestasi kerja yang menurun, fungsi fisiologis motorik dan neural yang menurun, badan terasa tidak enak disamping semangat kerja yang menurun. Selain itu, masalah-masalah sosial kejiwaan di tempat kerja seperti stres ada hubungannya dengan masalah-masalah kesehatan yang serius, termasuk penyakit-penyakit jantung, stroke, kanker yang ditimbulkan oleh masalah hormon, dan sejumlah masalah kesehatan mental.
Untuk mengetahui hubungan stres kerja dengan tingkat kelelahan kerja pada pekerja lapangan bagian produksi di PT. J Resources Bolaang Mongondow dengan jumlah sampel 145 responden. Hasilnya menunjukkan bahwa sesudah bekerja, 53,1% pekerja lapangan bagian produksi mengalami tingkat kelelahan ringan dan 46,9% pekerja yang mengalami tingkat kelelahan sedang. Sedangkan untuk stres kerja, 66,2% pekerja lapangan bagian produksi tidak mengalami stres kerja dan 33,8% pekerja yang mengalami stres kerja. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara stres kerja dengan tingkat kelelahan kerja pada pekerja lapangan bagian produksi di PT. J Resources Bolaang Mongondow (p=0,383).
Pada survei ini juga dinyatakan bahwa pekerja laki-laki kehilangan kira-kira 50,8 hari kerja pada setiap tuntutan hak asuransi, sedangkan pekerja wanita kehilangan kira-kira 58,5 hari kerja. Dengan demikian harus diakui bahwa stres akibat kerja merupakan masalah kesehatan kerja yang penting, yang akan menyebabkan penurunan produktikvitas kerja secara bermakna (Harrianto, 2009).

Analisis :
Berdasarkan kilasan jurnal diatas, kami akan menganalisis berdasarkan teori-teori yang ada.Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Stres juga adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis ( Chapplin, 1999). Stres juga diterangkan sebagai suatu istilah yang digunakan dalam ilmu perilaku dan ilmu alam untuk mengindikasikan situasi atau kondisi fisik, biologis dan psikologis organisme yang memberikan tekanan kepada organisme itu sehingga ia berada diatas ambang batas kekuatan adaptifnya. (McGrath, dan Wedford dalam Arend dkk, 1997).
Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres memiliki memiliki tiga bentuk yaitu:
1.  Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau disebut juga dengan stressor. Seperti banyaknya pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan dengan cepat dan terus mendapatkan tekanan dari atasan.
2.  Respon, yaitu stres yang merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, pusing, serta respon psikologis seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.
3. Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.

Penyebab Stres atau Stressor
Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respon stres. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya. Istilah stressor diperkenalkan pertama kali oleh Selye (dalam Rice, 2002). Menurut Lazarus & Folkman (1986) stressor dapat berwujud atau berbentuk fisik (seperti polusi udara) dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial (seperti interaksi sosial). Pikiran dan perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor.
Menurut Lazarus & Cohen (1977), kejadian yang dapat menyebabkan stres yaitu:
·         Daily hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang setiap hari seperti masalah kerja di kantor, sekolah dan sebagainya.
·         Personal stressor yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat atau kehilangan besar terhadap sesuatu yang terjadi pada level individual seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya.
Reaksi terhadap Stres
a.    Aspek Fisiologis
Walter Canon (dalam sarafino, 2006) memberikan deskripsi mengenai bagaimana reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang mengancam. Ia menyebutkan reaksi tersebut sebagai fight-or-fight response karena respon fisiologis mempersiapkan individu untuk menghadapi atau menghindari situasi yang mengancam tersebut. Fight-or-fight response menyebabkan individu dapat berespon dengan cepat terhadap situasi yang mengancam. Akan tetapi bila arousal yang tinggi terus menerus muncul dapat membahayakan kesehatan individu.
Selye (dalam Sarafino, 2006) mempelajari akibat yang diperoleh bila stressor terus menerus muncul. Ia mengembangkan istilah General Adaptation Syndrome (GAS) yang terdiri atas rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stressor yang mempengerahuri stress kerja seperti apa yang ada dalam jurnal ini yaitu:
Ø  Fase Keletihan ( Stage of Exhaustion ) Fase disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan. Akibat yang parah bila seseorang sampai pada fase ini adalah penyakit yang dapat menyerang bagian – bagian tubuh yang lemah. Seperti halnya sesorang yang stress akibat waktu kerja yang memakan waktu hingga larut malam mengakibatkan seseorang menjadi lelah dan tidak dapat melakukan perlawanan.

b.  Aspek psikologis
Reaksi psikologis terhadap stressor meliputi:
1.    Kognisi.Cohen menyatakan bahwa stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktifitas kognitif.
2.    Emosi cenderung terkait stres.individu sering menggunakan keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi stres dan pengalaman emosional (Maslach, Schachter & Singer, dalam Sarafino, 2006). Reaksi emosional terhadap stres yaitu rasa takut, phobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih dan marah.
3.   Perilaku Sosial.Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu dapat berperilaku menjadi positif dan negatif (dalam Sarafino, 2006). Stres yang diikuti dengan rasa marah menyebabkan perilaku sosial negatif cenderung meningkat sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif (Donnerstein & Wilson, dalam Sarafino, 2006). 

Ø  Berdasarkan jurnal dan teori diatas dapat kami simpulkan bahwa stress hanya mempengaruhi sebagian kecil terhadap kelelahan kerja. Karna stress kerja lebih terpengaruh terhadap faktor psikologi individu bukan terhadap faktor fisologisnya. Seperti tekanan yang membuat tidak nyaman ditempat kerja. Stress kerja memang sering dialami oleh para pekerja baik laki-laki ataupun perempuan.Stress kerja yang mempengaruhi kelelahan hanya seperti lamanya waktu kerja bukan karna stress akibat tekanan pekerjaan itu sendiri.



Selasa, 12 April 2016

KESEHATAN MENTAL



NAMA   : DESTIJANI DWI PUTRIANDINI
KELAS   : 2PA08
NPM       : 12514784
Teori Kepribadian Menurut Allport

A.    Pengertian
Teori menurut allport adalah sesuatu yang terorganisasikan dan terpolakkan. Kepribadian tidak bersifat statis dia bisa tumbuh dan berubah. Kepribadian bukan hanya topeng yang kita kenakan dalam kehidupan, bukan juga hanya prilaku. Dia lebih menunjukan pada di belakang penampilan, pribadi di dalam tindakan dengan istilah “karakteristik”, Allport berharap dapat menunjukan “individulaitas” atau “keunikan”
      Ciri pribadi yang sehat
Gordon Allport (1937) membuat hipotesis tentang sifat-sifat kepribadian yang dewasa. Beberapa asumsi umum di butuhkan agar kita bisa memahami konsep Allport tentang kepribadian yang dewasa :
  1. Pribadi yang dewasa secara psikologis adalah seseorang yang tidak hanya bereaksi kepada stimuli eksternal, tetapi juga sadar bertindak dalam lingkungannya dengan cara berpikir inovatif.
  2. Pridbadi yang dewasa tampak lebih termotivasi proses sadar dari pada kepribadian. Menjadi kan mereka lebih fleksibel dan mandiri masih terus di dominasi oleh motif-motif bawah sadar yang mncul dari pengalamanmasa kanak-kanak.
Ada 6 pribadi dewasa menurut allport :
a) Perluasan Perasaan Diri.
Orang yang matang adalah mereka yang mengembangakan perhatian di luar dirinya. Tidak hanya sekedar berinteraksi dengan sesuatu di luar dirinya, namun ia akan berpartisipasi penuh dan total ” partisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia ”.
Aktivitas yang dimaksud oleh Allpport adalah yang relevan bagi diri, meningkatkan kemampuan, dan membuat kita enjoy melakukannya. Kesehatan psikologis seseorang berbanding lurus dengan peranannya terhadap aktivitas yang dilakukkan.
b) Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang Lain
Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan cinta terhadap orang tua, teman, dan anak . Terdapat perbedaan antara cinta orang yang neurosis dan cinta dari pribadi yang sehat. Orang yang neurosis harus menerima cinta lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya, dan syarat akan kewajiban. Sedangkan cinta dari pribadi yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan, sabar terhadap tingkah laku orang lain, serta tidak mengadili atau menghukumnya
c) Keamanan Emosional
Kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi yang terdapat pada mereka, termasuk segala kelemahan dan kekurangan tanpa menyerah secara pasif. Orang yang sehat mampu hidup dengan segi lain dalam kodratnya, dengan memilki sedikit konflik, baik dengan diri sendiri terlebih dengan masyarakat. Kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi – memosi manusia; bukan tawanan dari rasa emosinya. Mereka juga mampu mengontrol emosi, sehingga tidak mengganggu aktivitas antar pribadi. Kualitas lain dari keamana emosional adalah ” sabar terhadap kekecewaan ”. Orang yang sehat akan sabar dalam menghadapi kemunduran, tidak menyerah pada kekecewaan, melainkan mampu memikirkan jalan keluar untuk mencapai tujuan.
d) Persepsi realistis
Orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Mereka tidak memepercaai bahwa orang di luar dirinya dan lingkungan bersikap kurang bersahabat atau semuanya baik menurut prasangka pribadi terhadap realitas
e) Keterampilan dan Tugas
Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan keterampilan dan bakat tertentu. Menurt Allport orang yang sehat tidak akan tidak mengarahkan keterampilan pada pekerjaan. Komitmen pada orang sehat begitu kuat sehingga mengantarkan mereka pada kesanggupan menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan ketika terbenam dalam pekerjaan
Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas hidup. Kematangan dan kesehatan psikologis tidak akan tercapai tanpa melakaukan aktivitas yang penting dan melakukannya dengan penuh dedikasi, komitmen, dan keterampilan – keterampilan.
f) Pemahaman Diri
Usaha untuk memahami diri secara obyektif mulai pada awal kehidupan dan tidak akan pernah berhenti, tetapi ada kemungkinan mencapai suatu tingkat pemahaman diri (self-objectification) tertentu yang berguna dalam setiap usia. Tentunya kepribadian yang sehat akan mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang yang neurotis.
Orang yang memiliki tingkat pemahaman diri yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang lain. Biasanya orang seperti ini akan diterima dengan lebih baik oleh orang lain. Allport mengatakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.
g) Filsafat Hidup yang Mempersatukan
Orang yang sehat tentunya akan melihat ke depan, yang didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Menurut Allport, dorongan yang mempersatukan adalah arah (directness), dan lebih terlihat pada kepribadian yang sehat daripada orang yang neorotis. Arah akan membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu tujuan serta memberikan seseorang alasan untuk hidup. Kerangka untuk tujuan khusus itu adalah ide tentang nilai-nilai. Menurut Allport nilai-nilai sangat penting bagi perkembangan suatu filsafah hidup yang mempersatukan. Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafah hidup yang mempersatukan.
Allport berpendapat bahwa, terdapat perbedaan antara suara hati yang matang dan suara hati yang tida matang atau neurotis. Suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab terhadao diri sendiri dan kepada orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau etis, sedangkan suara hati yang tidak matang sama seperti sura hati kanak-kanak yang patuh dan membudak, penuh dengan pembatasan dan larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak kedalam masa dewasa.

Sumber :
Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma