DEBBY SANDRA (12514599)
DESTIJANI
DWI PUTRIANDINI (12514784)
FARAH
MALANDA
(13514936)
FEBRIANA RAMADHANTI
(14514115)
SALSABILA
PAHALA FIJANNATI (19514959)
Kelas
: 2PA08
ANALISIS JURNAL
“HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN
TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA LAPANGAN BAGIAN PRODUKSI
PT. J RESOURCES BOLAANG MONGONDOW”
Salah satu hambatan yang berhubungan
dengan produktivitas karyawan di suatu perusahaan atau organisasi adalah
kelelahan kerja. Kelelahan kerja dapat menimbulkan beberapa keadaan yaitu
prestasi kerja yang menurun, fungsi fisiologis motorik dan neural yang menurun,
badan terasa tidak enak disamping semangat kerja yang menurun. Selain itu,
masalah-masalah sosial kejiwaan di tempat kerja seperti stres ada hubungannya
dengan masalah-masalah kesehatan yang serius, termasuk penyakit-penyakit
jantung, stroke, kanker yang ditimbulkan oleh masalah hormon, dan sejumlah
masalah kesehatan mental.
Untuk mengetahui hubungan stres
kerja dengan tingkat kelelahan kerja pada pekerja lapangan bagian produksi di
PT. J Resources Bolaang Mongondow dengan jumlah sampel 145 responden. Hasilnya
menunjukkan bahwa sesudah bekerja, 53,1% pekerja lapangan bagian produksi
mengalami tingkat kelelahan ringan dan 46,9% pekerja yang mengalami tingkat
kelelahan sedang. Sedangkan untuk stres kerja, 66,2% pekerja lapangan bagian
produksi tidak mengalami stres kerja dan 33,8% pekerja yang mengalami stres
kerja. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara stres kerja
dengan tingkat kelelahan kerja pada pekerja lapangan bagian produksi di PT. J
Resources Bolaang Mongondow (p=0,383).
Pada survei ini juga dinyatakan
bahwa pekerja laki-laki kehilangan kira-kira 50,8 hari kerja pada setiap
tuntutan hak asuransi, sedangkan pekerja wanita kehilangan kira-kira 58,5 hari
kerja. Dengan demikian harus diakui bahwa stres akibat kerja merupakan masalah
kesehatan kerja yang penting, yang akan menyebabkan penurunan produktikvitas
kerja secara bermakna (Harrianto, 2009).
Analisis :
Berdasarkan kilasan jurnal diatas,
kami akan menganalisis berdasarkan teori-teori yang ada.Menurut Lazarus & Folkman (1986)
stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari
tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan,
tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Stres
juga adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis (
Chapplin, 1999). Stres juga diterangkan sebagai suatu istilah yang digunakan
dalam ilmu perilaku dan ilmu alam untuk mengindikasikan situasi atau kondisi
fisik, biologis dan psikologis organisme yang memberikan tekanan kepada
organisme itu sehingga ia berada diatas ambang batas kekuatan adaptifnya.
(McGrath, dan Wedford dalam Arend dkk, 1997).
Menurut Lazarus & Folkman (1986)
stres memiliki memiliki tiga bentuk yaitu:
1.
Stimulus, yaitu stres merupakan
kondisi atau kejadian tertentu yang
menimbulkan stress atau disebut juga
dengan stressor. Seperti banyaknya pekerjaan yang tidak dapat
diselesaikan dengan cepat dan terus mendapatkan tekanan dari atasan.
2.
Respon, yaitu stres yang merupakan
suatu respon atau reaksi individu yang
muncul karena adanya situasi
tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara psikologis,
seperti: jantung berdebar, gemetar, pusing, serta respon psikologis seperti:
takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.
3. Proses, yaitu stres digambarkan
sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi
dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Penyebab Stres atau Stressor
Stressor adalah
faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respon
stres. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi
fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah,
dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya. Istilah stressor diperkenalkan
pertama kali oleh Selye (dalam Rice, 2002). Menurut Lazarus & Folkman
(1986) stressor dapat berwujud atau berbentuk fisik (seperti polusi
udara) dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial (seperti interaksi
sosial). Pikiran dan perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu
ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor.
Menurut Lazarus & Cohen (1977), kejadian yang dapat
menyebabkan stres yaitu:
·
Daily
hassles yaitu
kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang setiap hari seperti masalah kerja di
kantor, sekolah dan sebagainya.
·
Personal
stressor yaitu
ancaman atau gangguan yang lebih kuat atau kehilangan besar terhadap sesuatu
yang terjadi pada level individual seperti kehilangan orang yang dicintai,
kehilangan pekerjaan, masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya.
Reaksi terhadap Stres
a.
Aspek Fisiologis
Walter Canon (dalam sarafino, 2006)
memberikan deskripsi mengenai bagaimana reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa
yang mengancam. Ia menyebutkan reaksi tersebut sebagai fight-or-fight
response karena respon fisiologis mempersiapkan individu untuk menghadapi
atau menghindari situasi yang mengancam tersebut. Fight-or-fight response menyebabkan
individu dapat berespon dengan cepat terhadap situasi yang mengancam. Akan
tetapi bila arousal yang tinggi terus menerus muncul dapat membahayakan
kesehatan individu.
Selye (dalam Sarafino, 2006) mempelajari akibat yang
diperoleh bila stressor terus menerus muncul. Ia mengembangkan istilah General
Adaptation Syndrome (GAS) yang terdiri atas rangkaian tahapan reaksi
fisiologis terhadap stressor yang mempengerahuri stress kerja seperti apa yang
ada dalam jurnal ini yaitu:
Ø Fase Keletihan ( Stage of Exhaustion ) Fase disaat
orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan. Akibat yang parah bila
seseorang sampai pada fase ini adalah penyakit yang dapat menyerang bagian –
bagian tubuh yang lemah. Seperti halnya sesorang yang stress akibat waktu kerja
yang memakan waktu hingga larut malam mengakibatkan seseorang menjadi lelah dan
tidak dapat melakukan perlawanan.
b. Aspek psikologis
Reaksi psikologis terhadap stressor meliputi:
1.
Kognisi.Cohen
menyatakan bahwa stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktifitas
kognitif.
2.
Emosi cenderung terkait
stres.individu sering menggunakan keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi stres
dan pengalaman emosional (Maslach, Schachter & Singer, dalam Sarafino,
2006). Reaksi emosional terhadap stres yaitu rasa takut, phobia, kecemasan,
depresi, perasaan sedih dan marah.
3.
Perilaku Sosial.Stres
dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu dapat
berperilaku menjadi positif dan negatif (dalam Sarafino, 2006). Stres yang
diikuti dengan rasa marah menyebabkan perilaku sosial negatif cenderung
meningkat sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif (Donnerstein &
Wilson, dalam Sarafino, 2006).
Ø
Berdasarkan jurnal dan teori diatas
dapat kami simpulkan bahwa stress hanya mempengaruhi sebagian kecil terhadap
kelelahan kerja. Karna stress kerja lebih terpengaruh terhadap faktor psikologi
individu bukan terhadap faktor fisologisnya. Seperti tekanan yang membuat tidak
nyaman ditempat kerja. Stress kerja memang sering dialami oleh para pekerja
baik laki-laki ataupun perempuan.Stress kerja yang mempengaruhi kelelahan hanya
seperti lamanya waktu kerja bukan karna stress akibat tekanan pekerjaan itu
sendiri.